Cerita dari seorang teman..
Peristiwa ini terjadi pada suatu acara seminar khusus
lansia. Para lansia itu kebanyakan ialah para lansia penderita diabetes. Setiap
minggunya mereka mengikuti senam diabetes dan rutin mengikuti petunjuk dokter.
Tiba saatnya, sekotak snack itupun disajikan. Tapi jangan dipikir snack itu
berisi makanan mewah. Cuma sebuah pisang rebus dan aqua kemasan gelas.
Singkat cerita, acarapun selesai.
Tiba-tiba seorang bapak, yang sebenarnya lebih pantas
dipanggil kakek, berteriak memanggil temannya.
“Pak, pisangipun njenengan
ketinggalan lho (Pak, pisangnya ketinggalan),” kata Bapak itu.
“Lho nggih to (Lho
iya ya),” sambil membuka kotak,”wooh
nggih, teng pundi nggih (oh iya, dimana ya)?” Bapak itu terlihat
bingung. Beliau kembali ke tempat duduknya sambil mencari-cari pisang tersebut.
Sebiji pisang rebus itu ternyata sudah raib.
Melihat kejadian itu, teman saya
yang saat itu kebetulan bertugas, memberi si Bapak kotak yang baru. Kotak
pisang rebus. Diterima kotak itu dengan mata berbinar.
Kejadian
tersebut adalah kejadian yang cukup membuat saya tersindir luar biasa.
Bagaimana mungkin Bapak itu kembali mencari sebuah pisang rebus ke tempat
duduknya hanya untuk mencari sebiji pisang rebus yang tertinggal. Sementara
saya, kadang tidak habis memakan makanan yang disediakan panitia seminar,
membiarkan tergeletak begitu saja. Padahal seringkali harganya lebih mahal
daripada sebiji pisang rebus.
Berapa
harga sebuah pisang rebus?
Untuk
kita, saya yakin tidak banyak. Mungkin kita akan sangat rela meninggalkan
sebiji pisang itu tertinggal daripada hanya harus kembali. Rasanya gengsi!
Ya,
GENGSI!
Secara
tidak sadar kita terbunuh gengsi. Sehingga merasa diri ini begitu tinggi, lupa
arti menghargai.
Kadang
kita gengsi bertanya karena merasa pandai. Kadang kita gengsi mengakui hal yang
sebenarnya karena takut pandangan manusia. Kadang kita gengsi jika harus
meminta sesuatu, padahakl kita perlu. Kita gengsi dalam banyak hal sehingga
lupa diri.
Padahal
aslinya di hadapan Rabb, kita tidak lebih dari sekedar orang yang biasa saja,
sangat hina. Astaghfirullaah!
Sebiji
pisang rebus itu adalah sebuah simbol ketulusan, bahkan sebuah gambaran betapa
mulianya seseorang ketika ia mau menghargai sekecil apapun nikmat Tuhannya.
Janji
Allaah dalam Al-Qur’an
Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku)
untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih (QS Ibrahim
[14]: 7)
Semoga kita
termasuk orang yang banyak menegur diri!