Kamis, 01 Mei 2014

Kering.

Dengan nama Ar-Rahmaan lagi Ar-Rahiim


Picture taken from Google


Lihat daun kering jatuh, tertiup angin. Ia terbang terkoyak, entah di mana akan singgah. Tak tentu arah. Daunnya berwarna tua, pun berhenti hanya dianggap sampah. Disapu lalu dibakar. Hancur berdebu, berakhir pada asap dan abu.

Hidup yang tidak lama, jangan dibikin layaknya daun kering. Habis hijaunya lalu dibuang. Jangan dikira mudamu akan terus ada saja. Ada saatnya selesai, ada saatnya berhenti, ada saatnya nanti mati. 

Daun hijau tak akan selamanya hijau. Pada pucuknya yang ranum nan membahagiakan, akan tumbuh mewarnai ranting. Namun, jangan silau, pada saatnya ia akan habis usia diawali dengan daun yang menguning.

Bicara tentang daun, bicara tentang iman. Iman mana yang hendak kau gadai, kalau dari awal sesungguhnya kita tak punya? Hidayah mana yang hendak dijual jika tak dijadikan landasan amal? 

Daun kering yang tua, disapu, lalu dibakar. Habis sebagai asap dan abu.
Hati yang kering, sebab habis iman. Entah kemana hendak mengadu.



-Bhayastrij Ika-
Sebuah renungan, selepas adzan ashar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama

aku bertemu banyak nama yang sama sepertimu tiada kata berulang yang mampu membuat analaogi baru seperti saat terdengar nama itu kamu tak ...