Senin, 14 Januari 2013

KISAH SEBUAH PISANG REBUS


Cerita dari seorang teman..
Peristiwa ini terjadi pada suatu acara seminar khusus lansia. Para lansia itu kebanyakan ialah para lansia penderita diabetes. Setiap minggunya mereka mengikuti senam diabetes dan rutin mengikuti petunjuk dokter. Tiba saatnya, sekotak snack itupun disajikan. Tapi jangan dipikir snack itu berisi makanan mewah. Cuma sebuah pisang rebus dan aqua kemasan gelas.
Singkat cerita, acarapun selesai.
Tiba-tiba seorang bapak, yang sebenarnya lebih pantas dipanggil kakek, berteriak memanggil temannya.
Pak, pisangipun njenengan ketinggalan lho (Pak, pisangnya ketinggalan),” kata Bapak itu.
“Lho nggih to (Lho iya ya),” sambil membuka kotak,”wooh nggih, teng pundi nggih (oh iya, dimana ya)?”  Bapak itu terlihat bingung. Beliau kembali ke tempat duduknya sambil mencari-cari pisang tersebut.
Sebiji pisang rebus itu ternyata sudah raib.
Melihat kejadian itu, teman saya yang saat itu kebetulan bertugas, memberi si Bapak kotak yang baru. Kotak pisang rebus. Diterima kotak itu dengan mata berbinar.

             Kejadian tersebut adalah kejadian yang cukup membuat saya tersindir luar biasa. Bagaimana mungkin Bapak itu kembali mencari sebuah pisang rebus ke tempat duduknya hanya untuk mencari sebiji pisang rebus yang tertinggal. Sementara saya, kadang tidak habis memakan makanan yang disediakan panitia seminar, membiarkan tergeletak begitu saja. Padahal seringkali harganya lebih mahal daripada sebiji pisang rebus.
                Berapa harga sebuah pisang rebus?
                Untuk kita, saya yakin tidak banyak. Mungkin kita akan sangat rela meninggalkan sebiji pisang itu tertinggal daripada hanya harus kembali. Rasanya gengsi!
                Ya, GENGSI!
                Secara tidak sadar kita terbunuh gengsi. Sehingga merasa diri ini begitu tinggi, lupa arti menghargai.
                Kadang kita gengsi bertanya karena merasa pandai. Kadang kita gengsi mengakui hal yang sebenarnya karena takut pandangan manusia. Kadang kita gengsi jika harus meminta sesuatu, padahakl kita perlu. Kita gengsi dalam banyak hal sehingga lupa diri.
                Padahal aslinya di hadapan Rabb, kita tidak lebih dari sekedar orang yang biasa saja, sangat hina. Astaghfirullaah!
                Sebiji pisang rebus itu adalah sebuah simbol ketulusan, bahkan sebuah gambaran betapa mulianya seseorang ketika ia mau menghargai sekecil apapun nikmat Tuhannya.
                Janji Allaah dalam Al-Qur’an
Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih (QS Ibrahim [14]: 7)

Semoga kita termasuk orang yang banyak menegur diri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama

aku bertemu banyak nama yang sama sepertimu tiada kata berulang yang mampu membuat analaogi baru seperti saat terdengar nama itu kamu tak ...