Senin, 18 Februari 2013

Ummu Umarah : Perempuan dalam Perang


Belakangan kayanya seru banget yang ngobrolin tentang kesetaraan gender, termasuk salah satu mata kuliah di kampus saya. Dari sudut pandang saya, sempat ngga setuju memang dengan kestaraan gender yang sekarang ini sepertinya lebih condong ke liberalism. Tapi siapa bilang  kesetaraan gender itu cuma punya liberal? Berabad-abad yang lalu, islam ternyata juga punya tokoh perempuan yang luar biasa. Kenapa? Karena ia adalah pejuang perempuan di zaman Rasulullaah SAW.

Nama asli beliau adalah Nusaibah binti Ka'af Al-Anshariyah, dikenal dengan Ummu 'Umarah. Beliau merupakan salah satu pejuang islam yang berani terjun ke medan perang. Beliau pejuang wanita yang berani menghadapi bahaya dalam perang dan serangan musuh. Namun, Ummu 'Umarah dan perempuan-perempuan muslim saat itu berjuang total sebagai penyedia logistik para mujahid. Bahkan, jika keadaan mendesak, mereka diminta untuk menyandang pedang.

Ummu 'Ummarah adalah salah satu dari sembilan kaum Anshar yang berbai'at kepada Rasulullaah pada bai'at Aqabah kedua. Sebagai sosok cerminan ketegaran, serta kepatuhan, Ummu 'Umarah disebut-sebut Imam Adz Dzahabi sebagai wanita utama dari kalangan Anshar, Khazraj, Najjar, dan Mazin. Sebagai pejuang lapangan, Ummu 'Umarah aktif terpanggil seruan Perang Uhud, Perdamaian Hudaibiyah, Perang Hunain, dan Perang Yamamah.

Saat Perang Uhud, Ummu 'Umarah berjuang bersama suami dan kedua anaknya. Pada awalnya ia bertugas membawakan air minum dengan qirbah (tempat air). Namun pada saat pasukan islam semakin terdesak, ia pun terjun langsung dalam pertempuran hingga mendapat belasan luka di tubuhnya. Saat itu banyak pasukan mulai meninggalkan Nabi SAW, termasuk seseorang yang kemudian pedangnya digunakan oleh Ummu 'Umarah. Semangat perang Ummu 'Umarah yang sibuk mengayunkan pedang dan merawat korban terluka smpai-sampai membuatnya tidak mengatahui salah seorang anaknya terluka parah, sebelum mendengar teriakan Rasulullaah SAW pada putranya, "Hai Abdullah, kau ikat lukamu dulu baru teruskan bertempur lagi!"

Mengetahui anaknya dalam bahaya, Ummu 'Umarah segera mendekati dan mengobati luka putranya. Setelah merawat luka anaknya yang cukup parah itu, sebagai ibu yang bijak, Ummu 'Umarah menyemangati putranya untuk kembali ke pertempuran. Melihat ibu dan anak ini, Rasulullaah SAW terharu dan memujinya. Sabda beliau, "Siapakah yang sanggup melakukan sebagaimana kau lakukan ini, yaa Ummu 'Umarah?"

Dari sebuah arah, datanglah orang yang sebelumnya melukai putra Ummu 'Umarah. Rasulullaah SAW memberitahu keberadaan orang itu padanya. Tanpa banyak kata, Ummu 'Umarah segera menghadang orang itu. dan menghantam kakinya dengan keras. hingga orang tersebut terduduk ke tanah.

Peerjuangan Ummu 'Umarah diriwayatkan oleh Imam Adz Dzahabi dari cerita putranya. Dalam ceritanya, Rasulullah sempat memanjatkan doa atas Ummu 'Umarah dan Abdullah, putranya untuk menjadi sahabat-sahabat beliau di surga. Hal ini karena semangat ibu-anak ini dalam melindungi Rasul SAW di kala banyak yang meninggalkan.

Perjuangan Ummu 'Umarah masih berlanjut ketika Rasulullaah SAW wafat. Saat itu muncul Musailamah al Kadzab yang mengaku nabi. Huabaib (salah satu putra Ummu 'Umarah) ditawan pendusta tersebut saat kaum muslim memeranginya. Ummu 'Umarah tetap tegar membela Nabi SAW bahkan ketika akhirnya Hubaib meninggal mengenaskan disiksa Musailamah. Mendengar berita meninggalnya Hubabib, Ummu 'Umairah berjanji pada Allaah SWT dan memohon pada-Nya agar ia juga meninggal di tangan Musailamah atau ia yang akan membunuh Musailamah.

Maka Ummu 'Umarah pun mengikuti Perang Yamamah. Namun dalam perang ini tangannya terpotong sebelum dapat membunuh Musailamah. Meskipun begitu, ia kembali bersemangat melihat Abdullah anaknya mengusap pedang dengan pakaiannya. Ternyata putranya, Abdullah telah berhasil membunuh Musailamah, seorang nabi palsu. Ummu 'Umarah pun bersujud syukur. Kemuliaan Ummu 'Umarah berakhir sebagai pejuang yang berani dan meninggal di medan perang yaitu Perang Yamamah.

Hikmah dari perjuangan Ummu 'Umarah ini menunjukan islam pun memiliki sisi demokratis selama masih dalam batas aturan yang sesuai syari'ah. Beberapa pihak yang membenci islam pasti akan menuduh islam sebagai agama yang mengikat pengikutnya serta tidak adil dalam menempatkan ruang gerak perempuan. Selain itu semangat juang Ummu 'Umarah dan ke-istiqomah-an patutlah kita contoh. Semoga Allaah SWT menempatkan Ummu 'Umarah bersama para syuhada' di surga-Nya. Aamiin.


Disadur dari tulisan  'Ummu 'Umar"
(Majalah Salafy Edisi VII/Shafar/1417/1996 halaman 68-69),
dengan beberapa perubahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama

aku bertemu banyak nama yang sama sepertimu tiada kata berulang yang mampu membuat analaogi baru seperti saat terdengar nama itu kamu tak ...