Barusan melihat pakaian Rasulullaah SAW, di foto yang di tag teman di facebook.
Maa sya Allaah, itulah pakaian yang digunakan Beliau SAW semasa hidup. Masih sangat amaze.
Betapa pakaian itulah yang pernah dipakai seseorang yang mulia, kekasih Allaah Ta'ala. Manusia paling baik akhlaknya yang berjuang tanpa henti dalam membela tegaknya tauhid. Laa illaaha' Illallaah, Muhammadan Rasulullaah.
Teringat satu riwayat ketika Rasul SAW diuji. Saat berdakwah, Beliau SAW dipukuli oleh umatnya, lalu Beliau berdoa :
اللهمَّ اغفر لقومي فإنهم لا يعلمُون
"Yaa Allaah, maafkanlah umatku, sesungguhnya mereka tidak tahu."
Rasulullaah berdoa sambil mengusap darah di wajahnya..
Betapa mulianya..
Disaat sekarang, adakah manusia semulia Beliau SAW?
TIDAK!
Namun, apa yang kita lakukan? Sampai sekarangpun rasanya masih terasa berat ketika hendak menegakkan sunnah-sunnah beliau. Ah, masih jauh sekali daripada kaum terdahulu. Padahal di masa sekarang, cobaan tak seberat dulu.
Astaghfirullaah :'((
Jika Rasulullaah SAW harus babak belur ketika menjadi penyampai Tauhid, maka saat ini di Indonesia sepertinya tidak seberat itu.
Jika Rasul SAW menyuruh wanita menutup aurat dengan kaffah, rasanya cobaannya hanya dibicarakan. Tak akan ada seseorang yang menarik jilbab kita hingga terlepas. Lalu apa sebenarnya yang menghalangi kita? :'(
[Yaa Rabb, kami berlindung kepada-Mu dari iman yang lemah dan hati yang tidak tulus]
pernah terbaca suatu riwayat saat Beliau SAW sedang sakaratul maut..
Tiba-tiba
ada ucapan salam. “Boleh saya masuk?” lelaki itu bertanya. Namun Fatimah tidak
mengizinkannya masuk ruangan. “Maaf, ayah saya sedang sakit, “kata Fatimah. Ia
berbalik kembali dan menutup pintu.Nabi Muhammad saw. membuka matanya dan
bertanya, “Siapa dia, putriku?”
“Aku
tidak tahu ayah. Ini pertama kali aku melihatnya,” kata Fatimah lembut.
“Ketahuilah
putriku, dia adalah orang yang menghapuskan kenikmatan sementara! Dialah yang
menceraikan persahabatan di dunia. Dialah sang Malaikat Maut,” kata Rasulullah
saw.
Fatimah menahan genangan air matanya.
Fatimah menahan genangan air matanya.
Malaikat
maut datang kepada-Nya, tetapi Rasulullah saw. bertanya mengapa Jibril tidak
datang bersamanya. Kemudian Rasulullah saw. menatap putrinya dengan pandangan
nanar, seolah-olah ia tak ingin kehilangan setiap bagian dari wajah putrinya.
Kemudian,
Jibril dipanggil. Jibril sebenarnya telah siap dia langit untuk menyambut ruh
Rasulullah sang pemimpin Bumi.
“Wahai
Jibril, jelaskan kepadaku tentang hak-hakku di hadapan Allah!”, Rasulullah saw.
meminta dengan suara yang sangat lemah.
“Pintu-pintu
langit telah dibuka. Para malaikat sedang menunggu ruh Anda. Semua pintu Surga
terbuka luas menunggu Anda” kata Jibril. Namun, kenyataannya, jawaban itu tidak
membuat Rasulullah saw. lega.
Matanya masih penuh kekhawatiran.
“Anda
tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril.
“Ceritakan
tentang nasib umatku di masa depan?” kata Rasulullah saw.
“Jangan
khawatir, wahai Rasulullah, saya mendengar Allah berkata:” Aku haramkan Surga
untuk semua orang, sebelum umat Muhammad memasukinya, ” kata Jibril. Waktu bagi
malaikat Izrail melakukan pekerjaannya semakin dekat dan dekat.
Perlahan-lahan,
ruh Rasulullah saw. dicabut.Tampak tubuh Rasulullah saw. bermandikan peluh,
saraf lehernya menegang.
“Jibril,
betapa sakit ini!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sallalahu mengerang
dengan perlahan.
Fatimah
memejamkan mata, Ali yang duduk di sampingnya tertunduk dalam dan Jibril pun
memalingkan mukanya.
“Apakah
aku sedemikian menjijikkan sehingga engkau memalingkan muka wahai Jibril?”
Rasulullah saw. bertanya.
“Siapa
yang bisa tahan melihat Kekasih Allah di ambang sakaratul mautnya?” kata
Jibril.
“Bukan untuk berlama-lama,” kemudian Rasulullah saw. mengerang karena sakit yang tak tertahankan.
“Ya Allah betapa besar Sakaratul maut ini. Berikan kepadaku semua rasa sakit, tapi jangan untuk Umatku.”
“Bukan untuk berlama-lama,” kemudian Rasulullah saw. mengerang karena sakit yang tak tertahankan.
“Ya Allah betapa besar Sakaratul maut ini. Berikan kepadaku semua rasa sakit, tapi jangan untuk Umatku.”
Tubuh
Rasulullah saw. mendingin, kaki dan dadanya tidak bergerak lagi.
Dengan
berlinang air mata, bibirnya bergetar seakan ingin mengatakan sesuatu.
Ali mendekatkan telinganya ke Rasulullah saw., “Jagalah shalat dan jagalah orang-orang lemah di antara kamu.”
Ali mendekatkan telinganya ke Rasulullah saw., “Jagalah shalat dan jagalah orang-orang lemah di antara kamu.”
Di
luar ruangan, ada tangisan, ada kegaduhan. Para sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Sekali
lagi, Ali mendekatkan telinganya ke Rasulullah saw. dan dengan mulut yang telah
membiru serta air mata berlinang, Rasulullah berucap lirih: “Ummatii ,
Ummatii, Ummatii…” “Umatku, umatku, umatku…“
dan begitulah saat Beliau meninggal pun, Beliau mengingat ummat.
Namun pernahkah kita mengingat Beliau?
Allahumma sholli wa sallim 'alaa Nabiyyina Muhammad........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar