Jumat, 15 Maret 2013

Rindu Kami Padamu, yaa Rasul :'(

Bismillaah..

Barusan melihat pakaian Rasulullaah SAW, di foto yang di tag teman di facebook.
Maa sya Allaah, itulah pakaian yang digunakan Beliau SAW semasa hidup. Masih sangat amaze.



Betapa pakaian itulah yang pernah dipakai seseorang yang mulia, kekasih Allaah Ta'ala. Manusia paling baik akhlaknya yang berjuang tanpa henti dalam membela tegaknya tauhid. Laa illaaha' Illallaah, Muhammadan Rasulullaah.

Teringat satu riwayat ketika Rasul SAW diuji. Saat berdakwah, Beliau SAW dipukuli oleh umatnya, lalu Beliau berdoa :

اللهمَّ اغفر لقومي فإنهم لا يعلمُون

"Yaa Allaah, maafkanlah umatku, sesungguhnya mereka tidak tahu."
 Rasulullaah berdoa sambil mengusap darah di wajahnya..

Betapa mulianya..

Disaat sekarang, adakah manusia semulia Beliau SAW?
TIDAK!

Namun, apa yang kita lakukan? Sampai sekarangpun rasanya masih terasa berat ketika hendak menegakkan sunnah-sunnah beliau. Ah, masih jauh sekali daripada kaum terdahulu. Padahal di masa sekarang, cobaan tak seberat dulu.
Astaghfirullaah :'((

Jika Rasulullaah SAW harus babak belur ketika menjadi penyampai Tauhid, maka saat ini di Indonesia sepertinya tidak seberat itu. 

Jika Rasul SAW menyuruh wanita menutup aurat dengan kaffah, rasanya cobaannya hanya dibicarakan. Tak akan ada seseorang yang menarik jilbab kita hingga terlepas. Lalu apa sebenarnya yang menghalangi kita? :'(
[Yaa Rabb, kami berlindung kepada-Mu dari iman yang lemah dan hati yang tidak tulus]


pernah terbaca suatu riwayat saat Beliau SAW sedang sakaratul maut..


Tiba-tiba ada ucapan salam. “Boleh saya masuk?” lelaki itu bertanya. Namun Fatimah tidak mengizinkannya masuk ruangan. “Maaf, ayah saya sedang sakit, “kata Fatimah. Ia berbalik kembali dan menutup pintu.Nabi Muhammad saw. membuka matanya dan bertanya, “Siapa dia, putriku?”
“Aku tidak tahu ayah. Ini pertama kali aku melihatnya,” kata Fatimah lembut.
“Ketahuilah putriku, dia adalah orang yang menghapuskan kenikmatan sementara! Dialah yang menceraikan persahabatan di dunia. Dialah sang Malaikat Maut,” kata Rasulullah saw.
Fatimah menahan genangan air matanya.
Malaikat maut datang kepada-Nya, tetapi Rasulullah saw. bertanya mengapa Jibril tidak datang bersamanya. Kemudian Rasulullah saw. menatap putrinya dengan pandangan nanar, seolah-olah ia tak ingin kehilangan setiap bagian dari wajah putrinya.
Kemudian, Jibril dipanggil. Jibril sebenarnya telah siap dia langit untuk menyambut ruh Rasulullah sang pemimpin Bumi.
“Wahai Jibril, jelaskan kepadaku tentang hak-hakku di hadapan Allah!”, Rasulullah saw. meminta dengan suara yang sangat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka. Para malaikat sedang menunggu ruh Anda. Semua pintu Surga terbuka luas menunggu Anda” kata Jibril. Namun, kenyataannya, jawaban itu tidak membuat Rasulullah saw. lega.

Matanya masih penuh kekhawatiran.
“Anda tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril.
“Ceritakan tentang nasib umatku di masa depan?” kata Rasulullah saw.
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, saya mendengar Allah berkata:” Aku haramkan Surga untuk semua orang, sebelum umat Muhammad memasukinya, ” kata Jibril. Waktu bagi malaikat Izrail melakukan pekerjaannya semakin dekat dan dekat.
Perlahan-lahan, ruh Rasulullah saw. dicabut.Tampak tubuh Rasulullah saw. bermandikan peluh, saraf lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit ini!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sallalahu mengerang dengan perlahan.
Fatimah memejamkan mata, Ali yang duduk di sampingnya tertunduk dalam dan Jibril pun memalingkan mukanya.
“Apakah aku sedemikian menjijikkan sehingga engkau memalingkan muka wahai Jibril?” Rasulullah saw. bertanya.
“Siapa yang bisa tahan melihat Kekasih Allah di ambang sakaratul mautnya?” kata Jibril.
“Bukan untuk berlama-lama,” kemudian Rasulullah saw. mengerang karena sakit yang tak tertahankan.
Ya Allah betapa besar Sakaratul maut ini. Berikan kepadaku semua rasa sakit, tapi jangan untuk Umatku.
Tubuh Rasulullah saw. mendingin, kaki dan dadanya tidak bergerak lagi.
Dengan berlinang air mata, bibirnya bergetar seakan ingin mengatakan sesuatu.
Ali mendekatkan telinganya ke Rasulullah saw., “Jagalah shalat dan jagalah orang-orang lemah di antara kamu.”
Di luar ruangan, ada tangisan, ada kegaduhan. Para sahabat saling berpelukan. Fatimah menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Sekali lagi, Ali mendekatkan telinganya ke Rasulullah saw. dan dengan mulut yang telah membiru serta air mata berlinang, Rasulullah berucap lirih: “Ummatii , Ummatii, Ummatii…” “Umatku, umatku, umatku…“ 

dan begitulah saat Beliau meninggal pun, Beliau mengingat ummat. 
Namun pernahkah kita mengingat Beliau?


Allahumma sholli wa sallim 'alaa Nabiyyina Muhammad........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama

aku bertemu banyak nama yang sama sepertimu tiada kata berulang yang mampu membuat analaogi baru seperti saat terdengar nama itu kamu tak ...